MEMBENTUK KARAKTER ANAK MELALUI AKHLAK YANG BAIK
Bismillahirrahmanirrahim
Pendidikan akhlak anak sejak dini menjadi fondasi penting bagi perkembangan karakter seorang anak. Akhlak bisa diibaratkan bunga diri. Ketika setangkai bunga indah nan wangi, maka akan banyak disenangi oleh banyak orang. Namun ketika setangkai bunga itu layu dan bau, maka tidak akan disukai dan disenangi banyak orang. Begitupun dengan akhlak. Akhlak yang baik dan indah akan banyak disenangi oleh banyak orang. Akhlak yang baik tidak hanya membentuk anak menjadi pribadi yang disenangi oleh lingkungannya, tetapi juga menjadi bentuk ibadah untuk menggapai ridha Allah SWT. Begitupun sebaliknya, akhlak yang buruk menjadikan anak tidak disenangi oleh lingkungannya dan sulitnya menggapai ridha Allah SWT.
Seorang anak yang beradab diwajibkan untuk memiliki akhlak yang baik sejak dini. Hal ini dikarenakan akhlak yang baik akan membuatnya dicintai oleh keluarganya, dihormati oleh teman-temannya, dan yang terpenting diridhai oleh Allah SWT. Selain wajib memiliki akhlak yang baik sejak dini, seorang anak yang beradab wajib menjauhi akhlak yang tercela. Hal ini bertujuan agar tidak menjadi orang yang dibenci oleh siapapun dan agar tidak mendapatkan murka Allah SWT.
Bagaimana cara membentuk akhlak yang baik pada anak?
- Memberi tahu anak mana akhlak yang baik dan mana akhlak yang buruk.
Akhlak yang baik dapat dibangun melalui pendidikan dari orang tua, keluarga, dan lingkungannya. Sebagai orang tua, wajib mendidik anak-anaknya hingga memiliki akhlak yang baik. Contoh perilaku dengan akhlak yang baik yaitu menghormati kedua orang tua, guru, dan semua orang yang lebih tua. Anak yang beradab juga diharuskan menyanyangi saudara-saudaranya yang lebih kecil serta bersikap jujur dalam setiap perkataan yang diucapkan. Selain itu harus memiliki sikap tawadhu’(rendah hati), bersabar atas segala cobaan dan ujian, serta tidak berkelahi sehingga memutuskan silaturahmi dengan teman-teman. Semua itu merupakan contoh perilaku yang menunjukkan akhlak yang baik.
- Bukan hanya menyuruh, tetapi harus memberi contoh yang baik.
Anak-anak akan lebih mudah melihat contoh orang-orang disekitarnya dibadingkan dengan mendengarkan perintah orang-orang disekitarnya tanpa contoh. Misal, kita selalu mengingatkan untuk tidak makan sambil berdiri, tetapi kita masih melakukan makan sambil berdiri. Maka, peringatan kita tidak akan mempan terhadap anak karena kita tidak memberikan contoh yang baik.
- Sebelum memberikan pendidikan akhlak untuk anak, bahagiakan dulu hati anak.
Hati yang bahagia akan lebih mudah menerima nasihat apapun yang dikeluarkan oleh orang-orang sekitarnya. Contohnya, ketika anak-anak diajak untuk jalan-jalan keluar untuk berlibur, maka sepanjang perjalanan hati anak akan diliputi rasa bahagia. Selama perjalanan orang tua sering mengingatkan beberapa hal seperti : “Nak, nanti ketika sampai disana kita melaksanakan shalat terlebih dahulu, kemudian makan siang, dan setelah itu kita akan menuju tempat wisatanya ya”. Ucap seorang ibu. Karena hati anak sedang bahagia, maka anak akan mengingat hal itu dan menerima nasihat yang diberikan ibunya tadi. Begitupun ketika kita akan membangun karakter anak, maka pastikan kondisi hati anak dalam keadaan bahagia. Karena keadaan hati yang tertekan menyebabkan anak menjadi membangkang akan nasihat orang-orang sekitarnya.
Membangun karakter anak harus dimulai sejak kecil, karena jikalau dilakukan setelah dewasa akan lebih sulit dilakukan. Ada pepatah mengatakan “Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air”. Pepatah ini memberikan makna bahwa pentingnya membentuk serta menumbuhkan karakter anak sejak dini karena akan lebih mudah diserapnya dan akan membekas lebih lama. Berbeda dengan menumbuhkan karakter anak setelah dewasa, maka akan lebih sulit dan mudah hilang ilmunya bagaikan mengukir di atas air.
Seperti ada kisah zaman dahulu, ada seorang anak bernama Ahmad. Suatu hari dia diajak oleh ayahnya untuk pergi ke kebun. Ketika sampai disana Ahmad menemukan pohon yang batangnya bengkok. Lantas bertanya pada ayahnya mengapa hal tersebut bisa terjadi. Ayahnya pun menjawab bahwa pohon tersebut tidak diluruskan dari kecilnya, sehingga ketika sudah tumbuh besar pohonnya menjadi bengkok. Ketika sudah tumbuh besar, maka sudah tidak dapat diluruskan lagi. Kalaupun dipaksakan untuk diluruskan, maka yang ada pohon tersebut akan patah.
Dari kisah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya membentuk karakter anak melalui akhlak yang baik sejak dini. Hal tersebut dapat menjadi fondasi untuk keberlangsungan hidup anaknya sampai dewasa nanti. Semakin banyak dipupuk dengan akhlak yang baik, maka semakin kuat fondasi 6anak tersebut.
Wallahu a’lam
Referensi : Kitab Akhlak Lil Banin Juz 1 Karya Syekh Umar bin Ahmad Baroja
Ditulis oleh Fitri Nurjanah, S. Pd (Wali Kelas Tasamuh C)