PESANTREN KILAT BARAK MILITER
Hingga kini, jagat maya masih dijejali komentar Nitizen atas kebijakan anyar Gubernur Jabar Kang Dedi Mulyadi (KDM) yang memasukan siswa nakal ke Barak Militer. Di antara indikator kenakalannya ialah suka tawuran, mabok-mabokan, bermain Mobile Legend berlebihan, begadang hingga susah bangun, melawan orangtua, melakukan pengancaman, sering membuat onar, berangkat dari rumah tapi tidak sampai ke sekolah, bolos terus, dan lain sebagainya. Kebijak tersebut menuai pro dan kontra. Sebagian tidak menyetujui, dan sebagian lagi justru sangat setuju dan mendukungnya. Dengan pola Pendidikan ala militer, serta durasi waktu yang cukup singkat, saya lebih memilih istilah kebijakan tersebut dengan istilah “Pesantren Kilat Barak Militer”. Abad 80 atau 90an, banyak orangtua yang memasukkan anaknya yang nakal ke pesantren. Mereka yakin, melalui pesantren, anaknya yang nakal secara perlahan akan berubah menjadi baik. Namun kebijakan KDM lain. Beliau lebih memilih barak militer. Kebijakan tersebut tentu tidak bisa lepas dari keberadaan KDM sendiri yang ayahnya merupakan seorang tentara. KDM merasakan bagaimana pola pendidikan militer.
Sebagai seorang Gubernur, KDM memiliki tanggungjawab yang lebih tinggi dalam memperbaiki berbagai persoalan di Jawa Barat. Termasuk di dalamnya kenakalan siswa. KDM diingatkan pesan teologis, bahwa setiap siswa itu memiliki potensi menjadi siswa yang nakal atau saleh (Al Syams; 8). Setiap orang beriman diperintahkan menjaga siswa siswi dari panasanya api neraka yang dalam hal ini ialah kenakalan (al tahrim; 6), Setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT atas apa yang telah dipiminnya (Hr. Bukhari Muslim), serta seorang Pemimpin itu, jika melihat kemungkaran harus segera merubah dengan Yad-nya yang dalam hal ini ialah kebijakan (Hr. Muslim). Oleh karena itu, sangat tepat jika KDM bersemangat, berprinsip, dan yakin dengan kebijakannya itu. Terlebih, secara umum KDM mengetahui kualitas hidup siswa Gen-Z, serta cukup tahu dengan pola Pendidikan mental di Barak Militer.
Jika saja melihat beberapa kebijakan KDM yang sebelumnya, sebut saja menonaktifkan sementara Kepsek Bandel, yang tetap memberangkatkan siswanya study tour, membongkar bangunan-bangunan liar di area sungai, serta membongkar tempat wisata di Bogor, semuanya dilandaskan pada faktor penyebab. Banyaknya keluhan orangtua atas biaya study tour, arus air yang terhambat oleh bangunan-bangunan liar, dan juga bangunan wisata yang membuat hutan gundul (Hulu dulu, kemudian hilir). Namun untuk mengatasi siswa nakal, KDM justru gerak cepat pada pengetasan masalah. Dari hilir terlebih dahulu sambil terus memikirkan persoalan hulu.
Merujuk beberapa situs opini, baik dari kalangan para ulama, dokter, psikolog, hingga polisi, penyebab kenakalan siswa itu cukup banyak. Namun secara umum, kenakalan siswa lebih disebabkan oleh 1) Kemiskinan, 2) Disharmoni orangtua, 3) Perceraian, 4) Manajemen Waktu Keluarga, 5) Pergaulan Negative dan Teman Jahat, 6) Buruknya Perlakuan Orangtua, 7) Film Sadis dan Porno, 8) Pengangguran, 9) Keteledoran dalam Pendidikan, 10) Media dan Teknologi, 11) Gangguan Kesehatan Mental, 12) Rendahnya rasa percaya diri, 13) Eksperimen atas rasa ingin tahu, 14) Pengaruh Genetik, 15) Krisis Identitas, 16) Kontrol diri lemah, 17) Sering bolos sekolah, dan 18) Kurang pemahaman agama.
Selain berupaya dalam melalukan pembinaan, maka untuk hasil yang lebih komprehensip berbagai penyebab kenakalan siswa itu harus terus dipikirkan dan dicari jalan keluarnya. Jangan sampai, setelah siswa keluar dari Pesantren Barak Militer, ia kembali lagi menjadi siswa yang nakal karena di keluarganya memiliki permasalahan yang komplek. Upaya penyelesaian tersebut diperlukan kerjasama semua pihak. Tidak bisa menyerahkan ke salah satu pihak. Pemimpin, pihak keluarga, sekolah, alim ulama, kepolisian, psikolog, dokter, dan juga masyarakat harus ambil peran masing-masing. Dengan demikian, cita-cita memiliki siswa siswi yang saleh dapat lebih mudah tercapai.
Ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan kita dalam mengatasi kenakalan. Jika ingin anak-anak tidak nakal, perhatikan 9K, yaitu 1) Kesadaran. Semua unsur mulai pemimpin, keluarga, sekolah, kepolisian, psikolog, dokter, dan juga masyarakat harus sadar, menjaga siswa siswi dari berlaku nakal ialah kewajiban. Anak ialah amanah yang harus diperhatikan. 2) Kepekaan. Semua pihak harus peka, mengapa anak kita berlaku demikian. Missal diam saja, atau ngamuk saja. Jalinan komunikasi sangat penting dilakukan 3) Keseriusan. Harus serius dalam mengatasi kenakalan. Jangan asal-asalan atau sebatas menggugurkan kewajiban. Penyelasaian harus sampai tuntas, jika perlu hingga banyak pengorbanan 4) Keyakinan. Semua pihak harus yakin, seberat apapun kenakalan anak dapat diselesaikan. 5) Kontribusi. Semua unsur harus berkontribusi sesuai kemampuan. Bukan sebaliknya malah nyinyir pada upaya-upaya perbaikan. Berkontribusilah dengan segenap kemampuan. 6) Kolaborasi. Mengatasi kenakalan anak tidak bisa seorang diri, melainkan harus kolaborasi. Suami dan istri, kepala sekolah dan guru, pejabat struktural di masyarakat, dan berbagai unsur harus saling bahu berbahu menyelasaikan. 7) Kontinyu. Penyelesaian masalah harus dilakukan secara terus menerus. Tidak bisa satu atau 2x saja. Kenakalan anak itu sifatnya yazidu wa yanqushu. Oleh karena itu penyelesaiannya juga harus terus menerus. 8) Keikhlasan. Perjuangan dalam mengatasi kenakalan harus didasarkan rasa ikhlas. Sadar diri, dan ingat kewajiban. Sebagai pendidik hanya berusaha melakukannya. Hasilnya serahkan kepada Allah SWT. Tak perlu menyesal atau merasa gagal manakala anak-anak kita tidak ada perubahan. Perubahan bisa datang langsung atau belakangan. 9) Kebatinan. Sebagai orang yang beriman, selain mengupayakan hal-hal preventif, instrument batin, yaitu memohon pertolongan kepada Allah SWT. harus terus dilakukan. Bukankah nabiyullah saja terbiasa berdoa Robbi habli minal shalihin (Al Shaffat; 100), Rabbana hablana minazwajina wa dhurriyyatina qurrata a’yun waj ‘alna lil muttaqina imama (Al Furqan; 74), Rabbij’alni muqimashshalati wamin dhurriyati (Ibrohim; 40), Rabbi habli min ladhunkan dhurriyyatan thoyyiban (Ali Imran; 38) dan masih banyak doa para nabi untuk kesalehan anak-anak kita yang diabadikan oleh Allah SWT. Dengan upaya Bersama yang terus dilakukan, semoga anak-anak kita generasi emas ini menjadi generasi yang didambakan. Amin ya Rabbal alamin.
Oleh Dr. Iim Ibrohim, S.Pd.I, M.Ag
(Penulis ialah Ketua Program Studi PAI Universitas Muhammadiyah Bandung, Ketua Yayasan Pendidikan Islam Mutiara Embun Pagi Bandung, Anggota Majelis DIKDASMEN Jawa Barat).